JOGJA – Dorongan agar pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Bawuran segera dianjutkan terus mengust. Kota Jogja ingin fasilitas pengolahan sampah di Bantul tersebut lekas selesai.
Keberadaan ITF Bawuran sangat penting untuk pengelolsan sampah Kota Jogja. Pemkot Jogja dan Pemkab Bantul menjalin kerja sama pengolahan sampah di lokasi itu. Kerja sama disepakati pada pertengahan Mei lalu. Sebanyak 60 ton sampah dari Kota Jogja diproyeksikan bisa diangkut ke Bawuran saat lokasi pengolahan itu sudah dioperasikan 100%. Setelah kerja sama dijalin, Pemkot Jogja sudah membuang sampah ke sana, tetapi dengan volume yang kecil.
Pejabat Wali Kota Jogja Sugeng Purwanto mengatakan dalam kerja sama yang ditandatangani kedua pihak, Pemkot Jogja akan membuang sampah ke Bawuran dengan membayar biaya atas sampah itu ke Pemkab Bantul. Sampah yang dibuang itu akan diolah.
Proyek pembangunan ITF Bawuran masih jauh dari target. Awalnya ITF Bawuran ditarget selesai dan bisa beroperasi Juni 2024. Namun memasuki pekan pertama Juli, proyek baru berjalan 45%. Target operasional pun direvisi menjadi September 2024. Namun, saat ini pembangunan tempat pengolahan sampah tersebut mandek.
Sugeng menegaskan kerja sama tentu tetap berlanjut meski pembangunan ITF Bawuran masih terhenti. Dia berharap ITF Bawuran segera diselesaikan dan bisa menerima jumiah sampah dari Pemkot Jogja. “Harusnya setelah kerja sama ditandatangani langsung jalan dan segera operasional. Kalau tempatnya belum siap ya bagaimana? Tergantung Bantul mau kapan,” kata Sugeng, Jumat (5/7).
Pemkot Jogja akan menjalin komunikasi dengan Pemkab Bantul agar ada rencana yang jelas soal penyelesaian pembangunan ITF Bawuran. “Saya sudah sowan ke Bupati, bahasa beliau ini tetap akan ditindak lanjuti, tapi mau secepat apa dan bagaimana itu di luar ranah kami,” katanya.
Belum Ada Laporan
Proyek ITF Bawuran bernilai Rp17 miliar dan dibangun di tanah Sultan Ground di Pedukuhan Sentuirejo, Bawuran, Pleret, Bantul. Proyek tersebut dikerjakan Perumda Aneka Dharma.
Sekda Bantul sekaligus Komisaris Perumda Aneka Dharma Agus Budi Raharja mengatakan belum mendapatkan laporan dari Direktur Perumda Aneka Dharma Yuli Budi Sasangka terkait dengan mandeknya pembangunan ITF dengan kapasitas pengolahan 50 ton per hari tersebut. “Kami belum mendapatkan laporan. Apakah itu mandek, atau memang pembangunannya sementara dihentikan. Kendalanya apa? kami juga belum mendapatkan laporan dari Aneka Dharma,* kata mantan Kepala Dinkes Bantul, Jumat (5/7).
Agus mengatakan kerja sama pengolahan sampah antara Pemkot Jegia dan Pamkab Bantul masih sebatas memorandum of understanding (MOU). Perjanjian tersebut juga harus ditindaklanjuti dengan penandatangan kerja sama (PKS) antara Pemkab Bantul dengan Pemkot Jogja serta Perumda Aneka Dharma dengan Pemkot Jogja. “Ini semua akan didetailkan di PKS. Nanti ada beberapa skema yang diambil oleh Pemkot Jogja dengan Aneka Dharma,” imbuh Agus.
Ketua DPRD Bantul Hanung Raharjo juga masih menunggu laporan dari Direksi Perumda Aneka Dharma mengenai kelanjutan pembangunan ITF Bawuran. “Sampai saat ini kami juga belum mendapatkan laporan dari Aneka Dharma. Kenapa mandek kami juga belum mendapatkan penjelasan dari mereka,” kata Hanung.
Hanung berharap agar Aneka Dharma bisa segera menyelesaikan pembangunan ITF Bawuran mengingat telah ada MOU antara Pemkab Bantul dengan Pemkot Jogja. Direktur Perumda Aneka Dharma Yuli Budi Sasangka betum memberikan penjelasan. Beberapa kai telepon dan pesan Whatsapp dari Harian Jogja tidak diangkat dan tidak dibalas.
Di Kantor Perumda Aneka Dharma, anggota staf Perumda Aneka Dharma mengatakan Yul Budi Sasangka telah berangkat dinas ke luar kota sejak semalam. “Bapak Direktur sedang di Sidoarjo. Mahon maaf, kata dia.
Terkendala Alat
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul Bambang Purwadi Nugroho mengatakan DLH yang bertugas memonitor pelaksanaan pembangunan ITF Bawuran terus meminta kepada Perumda Aneka Dharma mempercepat pembangunan hanggar dan infrastruktur ITF Bawuran.
Bambang mengatakan beberapa alat pengolah sudah ada di area pembangunan ITF Bawuran. “Kalau tempatnya sekarang memang belum tertata dan enggak bisa jalan. Belum listriknya, panel-panelnya juga belum terpasang,” imbuh Bambang.
Dari komunikasi yang dilakukan oleh DLH dengan Perumda Aneka Dharma, Bambang mengatakan sejumlah kendala dalam pembangunan ITF Bawuran. Selain tenaga yang membangun infrastruktar, kendala lain adalah alat.
“Altnya juga harus beli, artinya pendanaan. Bisa jadi saat ini sedang proses nego dengan penyedia alat. Karena alat yang datang ini baru sebagian,* papar Bambang. Ketua Komisi C DPRD Bantul, Dwi Kristianto, mengakui ada sedikit kendala, yang membuat kemungkinan target pembangunan selesai pada September 2024 mundur.
Komisi C saat ini terus mendorong DLH untuk berkoordinasi dengan Perumda Aneka Dharma agar pembangunan ITF Bawuran segera terselesaikan.
*Kami akan kejar terus. Jangan sampai meleset. Begitu juga soal pembangunan TPS Sementara di Srimartari, Piyungan. Kami minta untuk yang Piyungan harus diselesaikan dengan warga. Jika kesulitan, silakan cari tempat lain,” ucap Dwi.